Rabu, 25 Agustus 2010

Penghapus dan Kertas

Knp penghapus dan kertas?
Bukannya seharusnya Penghapus dan pensil?
Ya seharusnya memang penghapus dan pensil.

Tp pensil itu sudah terlalu kecil krn sering diraut. Skrg ujungnya sudah terlalu tumpul..bahkan untuk di genggam saja terlalu sulit. Pensil itu tidak bs lg melukiskan sketsa2 indah ataupun tulisan2 menyenangkan. Pensil itu hanya meninggalkan banyak ukiran,tulisan bahkan coretan di berlembar2 kertas. Pensil itu hanya bisa menulis dalam sebuah bab,yg terdiri dr 257 halaman. Bab yg tak berjudul itu adalah bab kedua dr keseluruhan buku, sedangkan bab pertama terdiri dr 1800 halaman. Jika dibuat perbandingan kurang lebih 1:7. Sangat tidak seimbang bukan? Ya begitulah kelihatannya.

Lupakan dulu bab pertama,mari kita ulas bab kedua yg tragis itu. Lembar-lembar itu terkisahkan dengan berbagai tawa, cinta, kehangatan, kecemburuan, tangisan dan semua yg bisa disebutkan oleh semua orang bisa dimasukkan ke dalam bab ini, kecuali satu. Bab ini dibiarkan anonim, tak berjudul. Bab ini terdapat segalanya didalamnya kecuali judul. Ingin sekali meneruskan ke halaman 258, tapi pensil itu sudah tidak memiliki serbuknya lagi dan sudah terlalu tumpul. Maka bab kedua yg berisi 257 halaman itu dibiarkan tanpa akhiran. Dibiarkan mengakhiri kalimat itu dengan tanda tanya.

Yg tertinggal hanya kertas dan penghapus. Tidak ada lagi tulisan-tulisan yg salah yg dapat dihapus dengan penghapus kemudian ditulis dengan lebih baik lagi dengan pensil. Tidak bisa lagi. Karena pensil nya sudah tumpul, bukan? mungkin bisa dipaksakan untuk dipakai, tapi pasti tulisannya tidak akan bagus. Tulisannya pasti tidak nyata.

Bingung,

Maka aku tertidur beberapa hari, berharap diberi petunjuk dalam mimpi, petunjuk bagaimana untuk melanjutkan bab kedua itu ke halaman 258. Lama sekali aku tertidur dalam buaian mimpi yang tak kuingat awalnya. Aku terbangun, dengan perasaan yg tak karuan. Aku ambil penghapus itu dan bersiap menghapus coretan pensil dalan kertas-kertas itu, pasti butuh waktu yg lama untukku agar dapat menghapus coretan pensil itu. Maka aku akan memulainya pada bagian yang paling sulit, yaitu kertas-kertas yg terdapat bagian yang penuh tawa, kasih sayang dan senyuman. Karena setiap ku membuka bab ini, mataku secara otomatis mencari bagian penuh tawa, kasih sayang dan senyuman itu. Mungkin bagian itu hanya tertulis dalam 3 atau 4 halaman. dalam bab ini. tetapi itulah bagian favoritku. Dan menyedihkan karena bagian itu tak dapat ditulis ulang lagi karena pensilnya sudah terlalu tumpul.

Maka aku menarik napas panjang dan bersiap menghapus bagian tersulit itu, mungkin jika dihapus kertas itu tidak dapat kembali menjadi putih bersih seperti semula Pasti masih terdapat bekas coretan yg timbul di kertas, ya masih berbekas. Tak apalah setidaknya mataku tidak bisa lagi mencari bagian itu.

Ternyata kertas2 itu telah hilang dengan sendirinya, tidak aku hilangkan. Tapi kertas-kertas itu yang memilih untuk merobekkan diri. Tanpa memberikan lambaian tangan tanda perpisahan ataupun sedikit pidato perpisahan. Entah kemana kertas itu pergi, mungkin terbawa angin yanng sangat kencang, hingga kertas itu merobekkan diri dari buku, pergi bersama bagian bab pertama. Pergi dan mungkin tak akan kembali untuk memberikan senyuman. Dan membiaran buku tak bertulis sedikitpun, hanya meninggalkan bekas tulisan yang timbul disetiap lembar dibelakangnya. Bekas yang mungkin tak akan bisa hilang.

selamat jalan kertas, semoga angin membawamu ke tempat yang lebih baik.
buku ini akan tetap terbuka, masih banyak kertas yang sengaja kubiarkan kosong agar dapat kubagi tulisan-tulisan denganmu lagi. karena bekas coretan pensil itu masih berbekas sampai ke kertas kosong paling belakang buku.

1 komentar:

  1. KEREN ABIS,,

    cuman ada satu bagian yang masih nyangkut deh ya,,lupa tapi dimana,,overall asik banget
    emang deh aya sang penulis yang takut kecoa,,
    hehee

    kerennn,,ajarin nulis si ya

    BalasHapus