Jumat, 20 Agustus 2010

Es krim vanilla di kala senja

Diujung jalan. 
Sore itu sebentar lagi menuju senja, aku  melintasi jalan panjang menuju rumah yg sudah lama tak ku pulangi. Tadinya aku lupa jalan pulang, karena jalanan ini kemarin tertutup kabut. Tapi, senja pada hari itu nampak tak begitu temaram. Dan aku berjalanan melewati jalan yg dingin itu dibalut oleh mantel ku yg cukup hangat. Aku melewati pasar, sudah cukup lama nampaknya aku tidak melihat keriaan ini. Ternyata pasar itu sudah jauh lebih ramai, para pedagang itu menyapaku dengan ramah dan menawarkanku barang dagangan mereka. Seorang pedagang yg ku kira umurnya mungkin sudah setengah abad itu tersenyum padaku di depan gerobaknya. Sepertinya wanita itu tau aku sedang melawan dingin yg menyengat kulitku.

"Anakku, kau terlihat sangat pucat, pasti kau kedinginan. Lihat, aku menjual banyak syal untuk menghangatkan tubuhmu."
"Maaf bu, tapi saya tidak punya uang. Kemarin saya tersesat di jalan ini dan saya ingin pulang"
Ibu itu menyentuh tangan ku yg dingin, aku terkejut karena tangannya sangat hangat. Tidak hanya tangannya tapi juga senyuman dan kebaikan hatinya. Seolah ia seperti perapian dan tanganku ku dekatkan pada perapian itu
"Tak apa, kau ambil saja syal ini. Anggap saja hadiah dari ku di senja yg sangat dingin ini"
"Terima kasih bu, ibu baik sekali"

Dan perapian ku itu tersenyum dengan hangat. Aku kaget, bagaimana bisa orang sehangat itu berada di jalan yg dingin ini namun tetap memancarkan kehangatan. Aku tersenyum dan mendongak ke langit, bersyukur kepada Tuhan krn betapa adilnya Dia. Tuhan memberikan udara dingin sekaligus kehangatan. Tuhan juga memberikan kesendirian sekaligus keramaian padaku. Tuhan juga memberikan aku jalan yg sesat sekaligus memberikanku cara untuk mencari jalan pulang, Seandainya Tuhan memiliki alamat, mungkin aku akan mengirim berbagai hadiah untuknya, karena Ia sangat baik.

Aku berjalan lagi lurus ke depan, tak menghiraukan mobil-mobil yg berhenti dan membuka kacanya untuk menawarkanku perjalanan pulang. Kadang tak ku hiraukan, kadang hanya ku berikan senyuman. Aku hanya ingin menikmati kesendirian di jalan pulang ku, bernostalgia dengan kejadian-kejadian yg telah lalu yg masi singgah di ingatanku. Aku rasa itu cukup untuk menemaniku sampai ke rumah, tak perlu udara hangat dari penghangat mobil ataupun teman untuk bercerita sepanjang jalan. Aku cukup hangat dengan syal pemberian ibu baik hati itu dan aku ditemani oleh kisah-kisahku yg telah lalu yg terputar seperti film dalam kepalaku. Ya, aku rasa aku baik-baik saja berjalan dengan kesendirianku.

Aku melewati sebuah distrik yg di pojoknya terdapat sebuah kedai kue dan es krim. Aku berhenti sejenak dan melihat ke dalam kedai itu. Rasanya di senja ini aku ingin menikmati semangkuk es krim. Aku duduk di  luar kedai itu agar aku masih tetap bisa melihat ke luar kedai. Seorang pelayan menanyakan pesananku di senja yg dingin itu, ia menawarkan cokelat panas dan semangkuk sup jamur. Aku tersenyum dan....

"Terima kasih, tp saya mau es krim vanilla"
"Kue nya? Kami punya sup dan pancake hari ini."
"Ya dan satu pancake pisang saja"
"Baiklah, satu es krim vanila dan satu pancake pisang"

Senja itu memang terasa sangat dingin, mantel dan syal yg melilit tubuhku tidak mempan melawan dingin yg menggelitik. Mungkin aku gila karena memilih untuk menikmati es krim yg dingin ini. Tp entah kenapa di saat senja ini aku ingin menikmati es krim vanilla. Ya. es krim vanilla dan pancake pisang.


Aku melihat banyak hal saat itu, seorang anak yg memeluk erat ibunya karena ia kedinginan. Seorang gadis yg memeluk kekasihnya karena ia ingin berbagi kehangatan. Seorang lelaki tua yg memunguti sampah. Seorang hamba yg sibuk mencari Tuhannya. Seseorang yg gila karena selalu merasa hidup ini tidak adil dan mungkin ia akan terkubur dalam perasaan sinisnya. Seorang gadis kecil yg bersepeda dengan riang. Seseorang yg mungkn juga sedang tersesat dalam mencari jalan pulang. Sama seperti ku beberapa hari lalu yg sibuk mencari tumpangan dan tuntunan agar cepat sampai dirumah. Tapi ternyata itu ide yg buruk, semakin aku mencari tumpangan, semakin aku berada di jalan yg salah dan semakin jauh dari rumah. Maka aku tidak lagi mencari tumpangan, mungkin orang yg sedang mencari jalan pulang itu sama denganku yg masih berharap agar keajaiban datang dalam wujud seseorang yg menjemputku dan membawaku pulang. Aku tertawa. Keajaiban itu mungkin pasti ada, namun keajaiban itu terlalu indah untuk jadi kenyataan. Maka aku memutuskan untuk mencari jalan pulang, sendiri.

Aku tidak sadar es krim vanilla ku belum kusentuh, sudah mulai sedikit mencair. Kembali aku membuat pertanyaan dalam pikiranku, es krim rasanya manis dan bentuknya juga lucu tp kenapa mencair dalam waktu 5 menit? Aku pun menjawab sendiri pertanyaan bodoh itu, karena hampir semua orang membuat keputusan dengan cepat untuk menghabiskannya. Tak ada seseorang yg menunggu lebih dari 5 menit untuk meraih kesempatan menikmati apa yg mereka sukai yg ada di depan mata mereka, karena semuanya  ingin menikmati es krim itu disaat masih dalam bentuk yg sempurna.

Aku tidak mau menikmati es krim itu hanya dalam keadaan sempurna. Tidak apa-apa bagiku untuk menunggu lebih dari 5 menit. Aku sangat menyukai es krim vanilla bahkan disaat bentuknya tidak lagi sempurna.


Believe that everything happens for a reason. If you get a chance, take it. If it changes your life, let it.
 Nobody said it would be easy. They just  promised it would be worth it.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar