Selasa, 10 Mei 2011

(untitled)

I see lovers in the streets walking,
Without a care.
They're wearing out loud
Like there's something in the air
Oh and i don't care

They're treading lightly
No, they don't sink in
There's no tracks to follow
They don't care where they going

Minggu, 24 April 2011

my favorite cockroach catcher ♥

sebuah tulisan tentang hijau. 
dimulai sejak digital media menjadi sebuah tema acara di tengah kota.

---

Anggap saja kali ini memang mengantuk, bukan karena larut malam atau dingin tapi karena waktu berjalan sangat lama... mungkin keadaan yang sebenarnya adalah ssssaaaaaaaannnggggggaaaaaaatttt llll..aaaaaaa......mmmm.......aaaaaaaaaaaa.

Riuh rendah yang terdengar seperti kelakar dan tawa itu bersembunyi dibalik pintu. Pertandingan bolakah? atau suara gemuruh? entahlah, bisa jadi dua-duanya karenaa diluar sana awan sedang tersedak mungkin.
Sejujurnya gemuruh itu sangat membuat semuanya tidak nyaman, dan ya memang benar gemuruh adalah salah satu yang aku takutkan. Hal kedua dalam daftar menakutkan ku setelah makhluk (yang entah kenapa Tuhan menciptakannya) bernama KECOA. Versi bahasa inggrisnya terdengar lebih keren nampaknya, baiklah sebut saja mr. cockroach. Kita lupakan dulu sejenak si mr. cockroach, kembali ke malam yang terasa sangat larut itu.

Kemudian pintu dimana dibaliknya terdengar suara riuh rendah orang-orang, terbuka juga. Tidak sengaja dibuka untukku, tapi sayup-sayup terlihat banyak lalu-lalang disana. Seketika ada pantulan cahaya yang berasal dari sebuah kacamata. Lucunya, bagaimana bisa cahaya itu terpantul? mungkin karena dibalik pintu itu sangat gelap. Baiklah, saatnya masuk. Ternyata pantulan cahaya itu berasal dari sebuah digital media yang banyak terlihat di billboard-billboard jalanan. 2 kata yang ada di pikiran ku : WOWWW COOOOOL!

Dan ya, berdirilah disana entah siapa dia, dengan kacamata yang memantulkan sinar dan kedua tangan yang penuh, karena di tangan kanannya memegang kamera yang berlabel nikon dan di tangan kirinya terdapat walkie-talkie beserta kertas-kertas yang dilipat seadanya. kembalilah muncul pertanyaan dalam pikiranku yang kira-kira berbunyi "hushim?" (Kalo bingung, coba aja diucapin "hushim"). Akhirnya kuputuskan untuk keluar lagi dari pintu itu dan kembali menumpahkan kepala ku di sofa yang sedari tadi telah panas oleh pantatku.

Akhirnya terlihatlah jarum pendek di jam tangan milik orang yang duduk di sampingku yang menujuk ke angka 12 dan pantatku makin lengket di sofa itu. Mulalilah berkeluaran orang-orang dari pintu tadi, diantara orang-orang itu ternyata si kacamata dengan kedua tangan yang masih penuh memegang kamera dan walkie-talkie itu keluar juga. Berisik sekali mereka, seperti membicarakan tentang bola atau basket mungkin hmmm belum tentu juga sih sebenarnya.

Selang beberapa menit, bubarlah kerumunan itu. mulailah lalu-lalang beberapa sosok orang-orang di depanku. Tiba-tiba terlihat lagi si sosok kacamata yang sekarang hanya tangan kanannya yang memegang kamera dan lagi-lagi tampak belakang saja. Oke, tanpa sengaja bentuk kacamata si entah siapa dia itu terekam di ingatanku, bersamaan dengan sepasang sepatu converse yang lusuh yang dijejalkan ke kakinya.

6 hari berikutnya. Lokasi: di sebuah rumah makan,  tempat belum diketahui.

Semenjak enam hari lalu, pantatku mulai terasa lebih panas dari oven. Aku pun tersadar dari tidurku yang membawaku ke tempat entah berantah. Mungkin aku terbangun karena (tentunya) jok mobil yang kududuki sangat terasa panas. Ternyata benar tebakanku, mungkin kalau suhu pantatku diukur bisa alih fungsi jadi microwave. Di mobil itu, teman-temanku yang tingkat kewarasannya masih kupertanyakan hingga saat ini membawa kami yang berjumlah empat kepala ke sebuah daerah yang bernama Cugur (sebenarnya diantara kami sangat yakin daerah itu bernama Cugur karena sebuah plang di sebuah pondok yang diatasnya bertuliskan "TJOEGOER". Perkiraanku pasti pemilik pondok ini umurnya hampir mencapai 9 dasawarsa dan memelihara jenggot sepanjang 10 centimeter. Kenapa begitu? karena tampak luar pondok itu sangat sangat lawas, jadi imajinasiku pun melayang-layang sosok si pemilik pondok yang berbanding 11:12 dengan guru silatnya Chow Yun Fat.

Sebenarnya diantara kami, tidak ada yang berani masuk lebih dulu sampai akhirnya 25 menit lebih mobil kami terparkir diluar pondok, dan perut kami semua mulai tidak menerima lawakan-lawakan yang sudah dimulai sejak 25 menit lalu. Mulailah perut-perut itu bersenandung dan tidak ada jalan lain selain memasuki pondok itu.

"Ckiiiiittttt"
Tiba-tiba sebuah mobil berplat B 521 DLF berhenti 2 meter dari tempat kami parkir. Keluarlah seseorang dengan jaket abu-abu berhoodie, rambutnya hampir menutupi wajahnya jadi yang terlihat adalah sosok itu mengenakan kacamata. Nampaknya si pria berhoodie itu hanya menempuh perjalanan sendirian dan saat ini sedang terburu-buru. Sepertinya terburu-buru buang air, lalu si hoodie abu-abu itu pun masuk ke dalam pondok.

Dengan masuknya si hoodie abu-abu itu, hilanglah ketakutan kami. karena ternyata pondok itu tidak seseram tampilan luarnya. Akhirnya kami pun masuk ke pondok itu untuk memesan 4 mangkok indomie rebus+cabe rawit, 2 kopi, 1 teh hangat,1 air putih, 2 kerupuk putih dan 5 kacang goreng. Benar-benar menu makanan yang cocok untuk daerah pegunungan, bukan begitu?

Duduklah kami ber-empat dikursi kayu yang sudah sedikit lapuk. sejujurnya hal pertama yang aku takutkan, semenjak masuk ke dalam pondok ini adalah bau kecoa. Kecoa masih menjadi jawara pertama dari daftar hal-hal yang manakutkan untukku. Mau tak mau, kaki ku tetap memasuki pintu yang terbuat dari kayu tersebut. Mungkin bau kecoa itu berasal dari kayu yang sudah lapuk, pikirku. karena semua meja, kursi, dan peralatan-peralatan dapur juga terbuat dari kayu.

Nyatanya, si pelayanan yang melayani kami bukanlah nenek-nenek berumur 85 tahun seperti yang kami bayangkan di mobil atau gadis berambut panjang dengan wajah pucat. Pelayan itu pun menyapa kami "didieu mangsa katukang kuring nangtung…mangga atuh mangga akang-akang kasep, neng geulis, mangga.."

Gawat! diantara kami tidak ada satu pun yang mengerti bahasa sunda, yang bisa ku terjemahkan dengan baik hanyalah "ayo silahkan mas-mas ganteng dan mbak cantik, silahkan", selainnya bablas cuma bisa kami balas dengan cengiran dan anggukan.

Keluarlah si hoodie abu-abu dari pintu belakag pondok itu, benar bukan perkiraanku si hoodie abu-abu pasti uang air. Dia pun melewati meja kami dengan wajah yang masih terutup hoodie kemudian ia duduk didekat pintu masuk sekedar untuk minum kopi dan bersantai sejenak sepertinya. Kemudian aku memperhatikannya mengeluarkan sebuah bungkus rokok marlboro merah. Dilepaskannya hoodie itu dari kepalanya dan ia menyalakan rokoknya.

Aku melihatnya. Ya, aku melihat kacamata itu. Kenapa serupa dengan kacamata yang kulihat enam hari yang lalu? kacamata milik si pria berkamera dan ber-walkie-talkie. Apakah mungkin si hoodie abu-abu ini adalah pria yang kujuluki "hushim"? Lamunanku pun buyar karena indomie rebus yang mengepul dihadapanku sudah disajikan pelayan sunda itu. Setelah itu, aku berniat ke mobil untuk mengambil ipod ku yang tertinggal.

"JENGJENGG!!!" Di dekat mobil, kira-kira jaraknya hanya 15 cm dari kakiku, banyak kerumunan kecoa. Aku pun terdiam hanya terdiam dan kemudian memcah keheningan daengan berteriak "KECOAAAAA" dengan kaki yang masih berada di posisi yang sama hanya 15 cm dari kerumunan kecoa itu dan ekspresi yang sangar-sangat aneh, kira-kira seperti panik+takut+datar+ekspresif+terpaku+blank. Si hoodie abu-abu dengan sigap berdiri dihadapanku dan menginjak kerumunan kecoa itu. Aku hanya berdiri takut di belakang hoodie si pria ini dengan badannya yang masih tetap membelakangiku. Seketika badannya pun berbalik dan ya aku melihat kacamata itu lagi. Kali ini perkiraanku tak mungkin salah. Pasti dialah yang kujuluki "hushim" itu. Dia pun tersenyum dan aku melihat giginya yang berbehel berkata,

"Bereskann..??" Dilanjutkan dengan cengirannya yang lebar. Aku pun masih terdiam dan hanya mengangguk. "Phobia sama kecoa ya?" kemudian ia menyodorkan tangannya padaku, "Gw Elliott, panggil aja El"

 "Valerie. Panggil aja Val", Kemudian aku menyambut tangannya yang sedikit kasar, akupun menduga mungkin dia seorang pemain drum atau atlet. karena tangannya seperti kapalan, karena sering menggenggam benda-benda keras. Kemudian ia mematikan rokoknya, memakai hoodienya kembali dan tersenyum padaku.

"Well, nice to meet you Val", kemudian ia masuk ke dalam mobilnya dan pergi
Kata-kata terakhirnya itulah yang membuatku teringat. Semua orang selalu mengejekku karena phobia ku terhadap kecoa yang sangat akut. Termasuk, sahabat-sahabatku, bahkan seringkali mereka mengerjaiku agar aku lebih berani melawan phobia itu. Anehnya, untuk pertama kalinya aku merasa aman. He took my fear away. Dan ekspresi wajahku pun berubah, tersenyum.

Tak sabar aku ingin mencari tahu tentang si pria bernama Elliott itu. Mulailah aku mencarinya di google dan sayangnya ada 8975 orang yang bernama Elliott dan berusia 22-30 tahun. Ku ulang lagi pencarianku dengan berlokasi di Indonesia. Pencariannya berjumlah 327 orang. Tanpa sadar, sepanjang perjalanan pulang ke jakarta aku tetap memandangi browser di HP ku. 3 jam lebih aku melihat satu per satu nama-nama itu, namun dari yang ku lihat mereka bukanlah Elliott-ku.  Elliott-ku? sejak kapan aku mulai membubuhi nama Elliott dengan imbuhan kepemilikan orang pertama tunggal? Ya, sejak dia menjadi penangkap kecoaku (Aneh sekali ya, kalo ditulis dengan bahasa indonesia), baiklah aku ulang. Ya, sejak dia menjadi cockroach catcher-ku. Masih terdengar aneh ya? Okey, akan ku catat di agenda ku, hari Sabtu tanggal 23 Mei dan aku beri tanda ♥ Elliott, my favorite cockroach catcher.

Tiga hari sudah kuhabiskan mencari Elliott-ku di google, yang sekarang haya tersisa 32 orang lagi yang kemungkinan adalah si hoodie abu-abu berkamera dan walkie talkie-ku. Tiga hari kuhabiskan dengan melihat nama-nama Elliott yang 70% adalah bule. Elliott-ku kan orang indonesia, cuma namanya aja yang kebule-bulean, tapi kenapa namanya Elliott ya?hmmm..nama yang unik.. Okey, kulihat lagi satu persatu

 - Elliot Vankovich (pasti bule rusia yang tinggal di Indo, deh)
 - Mohammed Elliot Yassin (sounds like a terrorist, huh?)
 - Jonash Elliot (mungkin ini dia!! sayangnya mukanya kenapa bule?! -___- )
 - Elliott Hwang Huyhn (100% yakin pasti orang korea yg tinggal di Indo deh)
 - Michael Elliot Van Der Bundchen (Wowww! kaya nama penjajah belanda)
 dan berikutnya dilanjuti dengan Elliott bla bla bla, bla bla Elliott blablaba, yang uung-ujungnya bukanlah Elliott-ku

Sampailah aku melihat satu nama terakhir yaitu Julius Elliott, aku pun menyilangan telunjuk dan jari tengahku, semoga ini adalah Elliott-ku. Dan ternyata...... Bukan.


Senin,  25 Mei. Sebuah Coffee Shop.

Hari ini  adalah hari pertamaku bekerja sebagai Fashion Editor di majalah Wanita. Hari yang cukup menegangkan untuk mengenal orang-orang baru disini. Namun, aku belum berkeliling gedung ini, aku baru hanya menjelajahi lantai 19 yang merupakan ruangan HRD dan lantai 23 yang merupakan lantai khusus untuk redaksi majalah Wanita. Sebelum aku pulang, aku memilih untuk membeli secangkir green tea latte di coffee shop yang letaknya di basement gedung kantor itu. Nyaman sekali disana, karena tidak seperti di coffee shop lainnya yang antriannya meliuk-liuk. Aku ambil pesananku dan kemudian melangkah keluar coffee shop itu. Green tea latte adalah temanku sore hari itu di busway.


"Val?" panggil seseorang di belakangku. Aku pun menoleh ke belakang dan betapa terkejutnya aku melihat seorang pria berdiri dengan kacamata dan tersenyum lebar.
"Elliott?", &^)(*&^%$#@#$^&*(&%$#, aku tidak dapat menggambarkan ekspresiku saat itu, pasti terlihat aneh, sangat aneh.
"Hehh. Ekspresi lo persis kayak waktu itu tragedi kecoa itu deh." Dia pun mengacak-acak kepalaku.

Aku pun membalas dengan tersenyum. Aku pun enggan pulang, pikirku, busway bisa menungguku. Tapi kesempatan kedua untuk bertemu dengan Elliot si kacamata? Tak bisa menunggu.

Obrolan kami pun menjadi sangat seru. Mulai dari film Forrest Gump yang sama-sama kami suka, fashion, Nikon vs Canon, homoseksual, band-band britpop, insect phobia yang kuderita sampai kacamata. Aku pun mengaku sejak pertama kali aku bertemu dengannya, kacamatanyalah yang menarik perhatianku. El pun tertawa dan membiarkanku memakai kacamatanya di sepanjang perjalanan pulang. El dan aku berhenti di sebuah groceries, aku melihat ke dalam rak-rak buah. Kenapa di toko ini semua pisangnya tidak berwarna kuning?

"Knp val? oooh pisang itu. Kalo disini, pisangnya warnanya ijo val, soalnya pisang yang warnanya kuning cepet busuknya."

Aku pun masih terdiam karena baru saja mengetahui hal yang belum pernah aku ketahui sebelumnya. Bahwa pisang kuning itu lebih cepat busuk.

El, si cockroach catcher favoritku membawaku ke seberang jalan dan aku pun tersadar, kembali pada tanggal 23 Mei, El menghilangkan phobia terbesarku. El menghilangkan rasa takutku pada kecoa yang sebenarnya bagi sebagian orang itu bukanlah hal yang penting. Tapi El tidak ingin aku memiliki phobia itu, El memusnahkan semua binatang menjijikan yang paling kutakutkan itu pada saat itu.

Ku buka daftar hal-hal yang paling menakutkan bagiku. Disana tertera COCKROACH pada urutan nomor satu..

                    Valerie's Biggest Fear 
        1. COCKROACH
        2. Thunder
        3. Storm
        4. Frog
        5. Sleep with no blanket
Kucoret lah urutan nomor satu itu,
  1. COCKROACH  ----> defeated by my favorite cockroach catcher, El  ♥

Terima kasih Elliott-ku, Muhammad Elliott Smith.
(Sebuah nama yang diambil dari nama penyanyi favorit orang tuanya)


Love,
Valerie Anastasha

---
Ternyata kanvas itu mulai berwarna kembali, mungkin ceria, mungin juga penuh tawa.
Terima kasih untuk si kacamata yang berhasil membuatku melihat dari segala perspektif yang berbeda.
Lucunya, dengan kacamata itu, pisang tak lagi berwarna kuning.


Terima kasih juga kepada kawat pada behel itu, yang mengajariku kembali cara untuk tertawa dan tersenyum bukan dengan gigi namun dengan hati


Terima kasih juga kepada sepatu converse lusuh, yang tak hanya mengajariku berjalan atau berlari bahkan mengajariku melompat dan terbang

Kamis, 27 Januari 2011

aku dan sepatu kuningku

this is not a story about something, it's a story about everything



"Things changed and i live in present :)"
"But things changed and i still remain the same"
".............."
"?"

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Mungkin semua orang punya sepatu baru atau hanya memiliki 1 sepatu.
Tp aku melihat banyak sepatu indah dan hanya memilih memakai 1
dan hanya SATU

Kuning - Entah kenapa di setiap toko yang aku lihat, semua tempat yg aku kunjungi
Semua sepatu itu indah dilihat tp saat pertama aku mencoba, ternyata tidak seindah pada saat aku memakainya. Aku tidak putus asa, aku tetap berjalan mengitari setiap toko krn aku butuh sepatu baru, aku ingin memakai sepatu itu, aku ingin selalu mengenakannya krn setiap aku berjalan aku selalu melihat kebawah, aku selalu melihat sepatu apa yg ku pakai dan setiap aku melihatnya aku tersenyum.

Aku lupa berapa sepatu yang telah ku lihat, tp tetap tak ada yang nyaman ku pakai.

Aku lelah dan akhirnya pulang, dijalan pulang aku kaget krn ada sebuah toko yg ternyata ada di dekat rumahku. Toko yg menjual sepatu kuning. Sepatu itu sederhana dan aku suka, warnanya kuning seperti pisang. Ternyata aku sudah sering melewati toko itu tp aku tidak menyadari si sepatu kuning. Saat aku membawanya pulang, aku senang sampai akhirnya aku tak sadar aku kembali menyanyikan lagu yg ceria setelah sekian lama aku tidak pernah lg benar2 merasa ceria.

Sejak itu aku selalu memakai sepatu kuning. Aku selalu tersenyum saat aku melihat sepatu kuning itu, entah knp aku tersenyum. Bahagia? Ya, aku rasa aku bahagia. Aku tertawa lagi, aku tersenyum lagi dan semua org tidak menyadari hal itu krn smua org tdk benar2 melihat sepatu apa yg aku kenakan. Semua org tidak benar2 tau bahwa aku bahagia memakai  sepatu kuning.

Aku tertawa bersamanya, aku menangis bersamanya, aku memakai sepatu itu kemanapun aku pergi, tak perduli bahwa org lain melihat si sepatu kuning yg kontras berbeda dgn warna pakaianku. Aku tak perduli dgn pendapat orang krn yg aku rasakan, aku nyaman dgn sepatu kuning itu dan aku rasa aku tidak berniat menggantinya dgn sepatu lain.


Iron Man - Sudah 5 bulan aku memakai sepatu itu, walaupun banyak sepatu indah lainnya yg aku lihat. Tp aku tak ingin mengganti sepatu kuningku. Iron Man 2, aku memakainya saat itu, didalam studio XXI pun aku duduk bersama si sepatu kuningku. Berkali-kali aku melihat kakiku, melihat sepatu kuning dan aku tetap tersenyum. Aku bahagia. Dan ya, saat itu merupakan salah satu momen yg terbaik yg aku miliki selama 20 tahun.


Banjo - Sepatu kuning sangat sering aku pakai saat aku membawa banjo. Banjo adalah panggilan untuk mobilku, si baleno hijau. Banjo pun sudah terbiasa dgn kehadiran sepatu kuningku, tidak ada sepatu lain lagi di dalam banjo. hanya si sepatu kuning. Dan ya aku rasa, sekali lagi aku bahagia. tidak merasa sepi lagi. Tidak menyetir sendiri lg, krn si kuning menemaniku. Aku tersenyum.


Full time best friend and a part time lover - Mungkin ini kiasan yg tepat untuk menggambarkan kisahku  dan si kuning, sepatu ini datang dan aku pakai tiap harinya. Mungkin aku tidak memakainya bertahun-tahun, tidak pernah kupamerkan ke semua teman-temanku, tidak pernah memakainya saat aku pergi ke acara formal, tidak pernah aku pakai saat dinner romantis tp sudah banyak kisah dan waktuku yg kubagi bersama sepatu kuning. Sudah banyak bagian sepatu itu yang aku tambal krn rusak. Namun si kuning tetap nyaman ku pakai dan aku tidak ingin menggantinya dgn sepatu lain.


.......... - Aku bingung. Aku tidak tau. Aku menangis. Si sepatu kuningku rusak. Banyak bagian yang tidak bisa aku tambal lagi. Banyak bagian yang terlepas dan berapa banyak lem yg ku rekatkan, ternyata tidak cukup untuk membuatnya nyaman ku pakai lagi. Ada apa dgnmu Sepatu kuning? Knp setiap saat ku memakaimu, aku merasa kan sakit? Knp aku sampai menangis saat aku membetulkanmu? Knp bagian-bagian yang terlepas itu tidak mau ku rekatkan lagi?
Aku pergi tidak dengan sepatu kuning lagi, ada yang janggal, ada yang hilang, ada yg berbeda. Saat sepatu kuning membuat kakiku sakit dan berdarah, aku lelah memakaikan lem agar aku bisa memakainya dengan nyaman.

Saat aku melihat ke toko lain, untuk mencari sepatu kuning lainnya, ternyata memang tidak ada. Mungkin saat aku tidak memakai si kuning, kaki ku tidak sakit, tp aku sangat merasa kesepian. Teman-temanku meminjamkanku sepatu mereka untuk ku pakai, tp aku tidak bisa. Aku tidak ingin sepatu lain, aku ingin sepatu kuningku. Aku ingin sepatu kuningku. Di setiap aku memandang, selalu ada sepatu kuning. Di setiap aku memandang, pikiranku menari2 ke beberapa bulan yg lalu saat aku merasa bahagia. Namun sekarang aku merasa hampa. Sudah lama aku tidak tertawa bersama sepatu kuning. Sudah lama aku tidak tersenyum saat aku menari2 bersamanya.

Aku memang tidak memakai sepatu kuning selama bertahun-tahun, aku memakainya baru beberapa bulan, namun semua kenangan bersama sepatu kuning masih bergema kuat dalam ingatanku. Kesederhanaannya dan keinginannya untuk selalu menemaniku. Tp skrg sepatu kuning warnanya sudah memudar, aku ingin mengembalikan warna itu, aku ingin membuatnya seperti baru lagi dan bisa ku pakai lagi dengan nyaman. Krn masih banyak kisah hidupku yg ingin ku lalui bersama si sepatu kuning. Mungkin si kuning hanyalah sebuah sepatu. Tp bagiku, sepatu kuningku adalah segalanya....

Selasa, 25 Januari 2011

bayang-bayang bulan


Some people thinking about the moon because of its beauty
A few of them staring at the moon everytime they feel lonely
Yeah, moon is the best company to share each and every solitude
But no one look back for the moon to ensure how moon could stay up all night
And the moon will always stay in the sky and not turning back when everyone else does leave the moon
All alone.

-----------------------------------------------------------------------------------------
Si gadis kecil merengkuh boneka kecil itu dan mendongak keluar jendela. Tangannya menjulur keluar dan merasakan dinginnya malam. Kepala nya menengadah memandang bulan malam itu, bergumam kecil dan berandai2. Seandainya bulan bisa menggapai tangan mungilnya, ingin sekali ia menemani bulan melewati setiap malam kesepian. Ingin sekali ia menari2 dibawah sinar agar bulan tau bahwa ia tidak sendiri. Si gadis kecil bergumam lirih, ia ingin menitipkan sejuta cinta untuk ibunya yang sudah tiada. Sang Malam selalu memutarkan nyanyian selamat tidur yg dinyanyikan ibunya, si gadis kecil bersedih dan sang bulan ada disana. Menemaninya. Ia mulai menguap dan sekejap matanya terpejam. Lalu,

Bulan kembali sendiri lagi dan tak berteman

Seorang istri yang setia itu menunggu di halaman belakang, seorang istri yang diperlakukan selayaknya seorang simpanan, tidak pernah dihargai dah hanya disia-siakan. Tak pernah tau suaminya sedang melakukan hal apa, tak pernah tau apapun selain sang suami berangkat pukul 7 dan pulang pukul 9. Termenung meratapi kesalahannya dimasa lalu. Mendongak melihat bulan, dan setidaknya ia merasa tidak sendiri. Ia menatap sang bulan dalam lamunannya dan berkata "Adakah bulan lebih kesepian dari pada aku? Apabila bulan memiliki lidah, apa yg akan ia jeritkan?" lalu sang istri terbangun dari lamunannya dan masuk ke dalam, meninggalkan bulan sendirian.

 "Taukah bahwa aku sangat kesepian, semua orang hanya melihat ku dari kejauhan dan tak ada satupun yg mendekat. Bahkan bintang-bintang tidak pernah menemaniku di kala hujan. Tapi aku tetap berdiri disini dengan tegar walaupun didalamnya aku hancur lebur. Aku hanya indah diihat dari kejauhan, tp saat dilihat dgn dekat aku tak seindah apa yg selama ini terlihat"

Kegagalan. Mungkin itu ketakutan terbesar semua orang. Dan merupakan satu-satunya ketakutan yg dimiliki seorang ayah. Ketakutan akan masa depan yg masih ia cerminkan dari kesalahan masa lalu. Ketakutan atas kerajaan yg didirikannya akan runtuh suatu hari nanti. Ketakutan bahwa anak-anaknya tidak bisa menjadi dirinya. Ketakutan yg semakin besar yg berubah menjadi sebuah obsesi. Obsesi yg menyeretnya lebih dalam dalam dunia kesendiriannya. Kesendirian yg penuh megalomania, tanpa mencintai kerajaan megahnya. Dibalik kacamata seorang ayah yang sepertinya tidak akan pernah pecah itu, tersimpan banyak rasa takut dan masih terdapat jiwa seorang anak laki-laki disana. Kacamata itu hanya menutupi semua bagian dirinya yang tidak ingin terlihat. Kacamata itu menutupi rasa kesepiannya yg begitu besar. Sang ayah malam itu, ditemani dengan belasan puntung rokok dan hey, ternyata sang bulan masih ada disana dan melihat semua kejadian ini. Sang bulan melihat raut wajah kelelahan, lelah untuk berpura-pura egois, lelah untuk berpura-pura menjalankan semua yg baik-baik saja. Bulan tau, malam itu ia akan menemani lelaki tua itu. Sang ayah mungkin tidak sadar bahwa bulan akan selalu ada disana dan bersedia dengan suka rela menemani jiwa kesepian tiap manusia. Sesaat sang ayah melihat keluar jendela mobilnya, dan memandang bulan, desahan napas lelah keluar dari dirinya. Seakan ia merasa desah napas lelah yg keluar dari mulutnya, bersamaan dengan berkurangnya sedikit demi sedikit ketakutan yg mencekam dirinya itu. Sekali lagi ia menatap bulan, lama sekali, ditatapnya pekat pekat bulan itu. Dan mulai bertanya lagi "Aku, seorang laki-laki yg memiliki keluarga, memiliki pekerjaan dan setidaknya aku masih memiliki tujuan hidup, aku masih merasa sepi. Bagaimana denganmu, Bulan? Dunia seakan tak adil, membiarkan mu bersinar indah di malam hari tanpa memiliki pasangan setia disisimu. Pernahkah kau tersenyum dalam kesendirianmu itu, Bulan?"

"Ya, aku menikmatinya. Kurang lebih. Karena tidak banyak yg dapat ku lakukan selain menikmatinya. Selain itu aku juga sudah biasa melewati ribuan malam hanya berteman dengan bayang2 hitam. Aku berdiri di balik matahari, sinarnya yg terhalang olehku. Membuatku bersinar sedikit redup. Dan ya, aku kesepian"

Malam itu jauh lebih dingin dari malam-malam sebelumnya. Bahkan selimut yg melilit pun tak sanggup memberikan kehangatan. Seorang kekasih gelap, tertidur disamping pria yg dicintainya, pria yg belum tentu mencintainya atau yg hanya berpura-pura mencintainya. Sekali lagi satu malam diantara ribuan malam yg selalu membuatnya gelisah dan terjaga sepanjang malam. Cahaya bulan masuk melalui jendela ruangan berdinding 4 itu. Bulan pun menyapa si kekasih gelap yg sedang menatap damai pria yg tertidur di sampingnya. Si kekasih gelap yang memiliki jutaan harapan itu menangis dalam senyuman dan berteriak dalam diam. Ia tau semua harapan indah itu tak akan pernah jadi kenyataan. Ia mampu melakukan apapun hanya untuk dapat merasakan sedikitnya cinta yg sudah lama hilang dr hidupnya. Cinta yg ia sendiri tak pernah tau apa yg sedang ia jalani, cinta yg hanya merupakan hadiah dr si pria krn telah setia menemaninya berjalan dalam gelap, cinta yg mungkin hanya sebuah formalitas. Bulan melihat air mata yg sudah berhenti berderai, krn mata itu lelah menangis. Juga sepasang kaki yg terkulai lemah, krn sudah tak sanggup berdiri untuk menunggu ketidakpastian yg tak akan pernah datang untuk menjemputnya. "Bulan, pernahkah kau menjadi bayang-bayang seseorang? Pernahkah kau tak terlihat?"

"Aku adalah bayang-bayang matahari. Semua orang semua makhluk hidup tidak ada yang dapat meihatku di pagi hari. Karena aku sembunyi di balik matahari yang tak membiarkanku keluar. Aku sama seperti dirimu yang hanya terlihat pada malam hari, disaat hampir semua orang mengacuhkanmu. Aku sama sepertimu yang hanya berdiri sendiri disaat kau seperti tertimpa hujan. Bahkan pelangi pun tak mau menemaniku. Begitu juga dengan binntang-bintang. Aku hanya berada di sana sendiri, menghadapi gelap dan dinginnya malam. Sama sepertimu, aku hanyalah kekasih gelap matahari."

Kamis, 20 Januari 2011

Monkryptonite (The Yellow Kryptonite "The Yellow. Yellow Glow of Home")

Sadar ga kalo semua benda solid di dunia ini punya kelemahan, baik fiktif atau non fiktif?
Sekuat-kuatnya pohon, pasti punya kelemahan, sebut saja : angin dan hujan deras
Selincah-lincahnya kucing, kelemahannya adalah basah
Sekonyol-konyolnya Jack Sparrow, kelemahannya adalah "The Kraken"
Setajem-tajemnya kaktus, kelemahannya adalah air
Dan yg terakhir yg ada di kepala gw saat ini adalah SUPERMAN

Kelemahan superman yg bisa ngapain aja itu adalah KRYPTONITE.

Mau dia bisa ngangkat pesawat terbang, mau dia bisa keluar masuk berbagai macam galaksi.
Mau dia terbang seenak-enak udelnya di luar angkasa, mau dia punya penglihatan super.
Mau dia turun ke bumi barengan sm meteor yg panas, tp semuanya ga sebanding saat dia ketemu sm sebuah  batu dari planet Krypton itu. Ya, kryptonite. Batu yg warnanya hijau itu walaupun cuma berupa serpihan kaya debu, bisa bikin si superman yg super duper hebat itu jadi ga bisa berkutik dan kehilangan kekuatannya.

Kebayang ga kenapa komik Superman yg umurnya udah 30 tahun pas nyokap gw baru lahir itu sampe sekarang masih selalu diinget smua orang. Mau kakek-kakek, mau tante-tante mau anak muda, mau anak kecil, pasti si Superman ini selalu pernah jadi kisah sendiri2 buat semua orang. Ada juga yg sampe saat ini berdebat tentang pahlawan super mana yg lebih hebat. Antara action figure X dan Superman, antara senjata rahasianya si Y sama kekuatannya Superman. Dan kalo dipikir-pikir lagi semua action hero aja punya kelemahan, dari action hero yg belakangnya pake akhiran -MAN sampe yg namanya polos doang kaya DareDevil,bahkan si Poison Ivy lemah karena racunnya sendiri. See, semua action figure itu punya kelemahan. Bukan begitu bukan?

Kalo diperhatiin semua penulis buku ataupun sutradara film pasti dengan sengaja bikin plot cerita yg menunjukkan kelemahannya si superhero itu. Padahal sebenernya bisa aja kan si Superhero ini dibuat sempurna tanpa cacat sedikitpun. Toh semua penikmat buku dan film itu tau kalo ceritannya cuma fiktif belaka. Mari kita bermain-main dengan kata 'kenapa' dalam konteks ini. Bisa aja sih itu buat bikin dinamika ceritanya naik turun dan ga monoton. Atau emang dari sananya si penulis buku dan sutradaranya sadar 100% kalo kelemahan-kelemahan itu malah yg bikin cerita yg mereka buat itu jadi sempurna. Kalo semua orang ditanya siapa nama tokoh cw yg ada di cerita Superman pasti banyak yg lupa dan ga tau. Hayo, kalo lagi nyebut 'Superman', yg ada di kepala pertama kali itu si tokoh cwnya, Lois Lane atau benda yg bisa bikin Superman lemah, Kryptonite? Pasti jawabannya 40:60. Apalah artinya si Kryptonite itu di ingatan orang-orang, tp dia lebih diinget ketimbang si Lois Lane.

Balik lagi ke lamunan gw di bulan Februari 2010, gw selalu ga pernah tau arti lagu Kryptonite nya Guy Sebastian. Padahal lagu itu lumayan lawas sekitar taun 2005. Gw baru ngeh makna lagu itu, gw kira kryptonite itu merupakan verb atau noun di bahasa inggris. Dengan bodohnya gw sampe liat kamus bahasa inggris karena pengen tau arti Kryptonite itu apa. Dan jackpot! gw ngerti makna itu lagu apa. Kryptonite nya itu merujuk ke bagian atau hal yang ngebuat si Guy Sebastian itu jadi lemah. Cerita Superman dan kryptonite serta planet Krypton emang cuma fiktif, tadinya gw berpikir gitu. Tapi setelah Februari 2010 yg gw lupa tanggal berapa tepatnya, lamunan gw terpecahkan sama wacana kryptonite yg kedap-kedip di kepala gw kaya lampu neon. Tulisan yg gede banget di kepala gw kurang lebih kaya gini KRYPTONITE. Bayangin itu tulisan pake Arial Black 32 bold CAPITAL underline dan kedap-kedip kaya lampu neon.

Lalu gw mulai bikin statement yg kedengerannya kaya pertanyaan, 'Siapa bilang kryptonite itu fiktif!' (sengaja gw kasi tanda seru biar ga keliatan kaya pertanyaan). Kalo gw bisa jadi proklamator, udah gw proklamasiin itu statement gw di depan smua orang. Kalo perlu pake upacara bendera sekaligus tanda tanganin teks proklamasi buatan gw di atas batu nisan. How cool is that! Ternyata si cerita fiksi soal kryptonite itu emang nyata. Kali ini, bedanya there is no such thing as hero or action figure. Simply, it's just me and (un)luckily i got my kryptonite. Tergantung dari perspektif mana diliatnya itu kryptonite bisa jadi lucky draw atau malah unlucky draw buat gw. Gw pun menemukan kryptonite milik gw sendiri, gw kasi nama Monkryptonite. Kalo Kryptonite nya Superman warnanya ijo, kalo punya gw warnanya kuning. Makanya jadi Yellow Kryptonite, terus gw kasi embel2 biar terdengar kaya cerita fiksi beneran "The Yellow. Yellow Glow of Home".

Monkryptonite gw itu gw singkat jadi Monky (biar ga ribet), jadi cuma punya 1 VOKAL dan 4 KONSONAN. Gw bukan superman apalagi action figure cw kaya wonderwoman atau ultraviolet. Simply, it's just me, just another human yg secara ga sengaja punya kryptonite yg gw milikin sendiri, Monkryptonite. Sebelum-sebelum gw nemuin kryptonite gw sendiri (yg pastinya bukan berasal dari planet Krypton) gw bisa tahan banting sama apapun. Bahkan bisa ngapain aja, tanpa punya kekuatan super. Hadirlah si Monky ini, yg kalo gw telusurin asalnya dari sebuah negara yg punya julukan 'The Great Wall'. Yg kalo diibaratin kaya Superman, gw udah ngelawan musuh-musuh tangguh dan udah meluluh lantahkan monster-monster yg segede gedung 100 lantai kaya di film ultraman. Tapi muncul si Monky ini, yg malah jadi kebalik keadaannya jadi gw yg luluh lantah dan sangat sangat lemah. Aneh ya? Gw aja juga aneh sampe sekarang. Kenapa bisa begini kenapa bisa begitu. Yah ga bakal abis deh tuh pertanyaan kalo udah 1 kenapa muncul di pikiran gw. Pasti si kenapa yg pertama muncul itu bikin pohon keluarga di pikiran gw. Jadi beranak cucu, malah jadi berbuyut. Tapi yasudahlah ya biarkan aja si kenapa itu tumbuh dengan alami di kepala gw, biarin jawabannya jadi misteri yg tak terungkap (macam cerita sherlock holmes aje).

Ajaibnya kryptonite gw itu bisa dipeluk, dari matanya kaya keluar udara anget 38 derajat celsius, bisa berubah bentuk jadi nyeremin, bisa jadi galak nyaingin galaknya dosen Public Speaking gw, bisa jadi lembut banget kaya bulu angsa, bisa juga jadi dingin kaya salju dan berbagai bentuk transformasi lainnya. Lucu ya? Iya lucu banget, sekarang gw bisa senyum-senyum sambil posting ini, gatau deh beberapa jam kemudian gw bisa ngapain. Bisa aja gw ngeliatin tu foto Monkryptonite gw sampe gw ketiduran. Bisa aja gw sok sibuk sm hal lain biar pikiran gw ga terdistract. Tapi gw mau tanya deh, what is your kryptonite?

Pesan untuk 1 vokal 4 konsonan: fwiwisly.

Rabu, 29 Desember 2010

0.33 am Dec 30 2010

 Vanilla Twillight 

Banana Pancake

                     
                        All I Know

                                                                                             Lucky


and i still love you...

Sabtu, 27 November 2010

strawberry (oops) stroberi

one day, ada pohon strawberry di taman. *mungkin buat selanjutnya variabel yg udah kesebut sebelumnya ini akan disebut dgn stoberi...

pohonnya sih biasa aja.. mungkin malah sama sekali ga menarik.. hmm namanya juga stoberi, kalo udah berbuah juga rasanya tetep aja semuanya kaya gitu. ya manis, ya asem, ya kadang-kadang pait juga. Then, waktu pohon stroberi itu udah berbuah. Dari jauh sih keliatan ordinary banget..nothing special.. Berhari-hari belum ada yang lewat di depan pohon itu, dan (beruntungnya) buahnya ga dimakan sama kelelawar atau pun binatang lain... hmm ga menarik sih keliatannya...

Hari dan hari dan hari.

Ada seorang anak yang lagi main di taman itu, mungkin lagi bosen atau ga ada kerjaan atau looking out for something yang baru. Basically, anak laki-laki ini ga suka sama buah stroberi atau bentuk turunan dari buah ini. Mau di bikin jus, dibikin cake atau dibikin apapun, judulnya ga suka sama stroberi.. (Sekedar tambahan, ga pernah sedikitpun anak ini kepikiran buat makan buah stroberi). Then, dia liatlah buah stroberi (yang ga dia suka itu), mungkin dia lagi laper banget dan lagi bosen sama buah-buahan yang selalu dia makan tiap hari.. Mungkin juga emang cuma iseng-iseng pengen tau gimana sih rasanya ngerasain lagi buah stroberi. Dulu, anak ini pernah nyoba makan stroberi yang setelahnya dia nyesel karena udah makan buah itu.

Hari itu, begitu dia makan buah stroberi dari pohon itu. Somehow, dia ngerasa butuh buah itu dan pengen makan buah itu lagi.. (Mungkin sebenarnya dia ga pernah butuh, dia pikir dia butuh, tapi sebenernya mungkin ga pernah butuh)

Dua hari kemudian

Lagi-lagi anak laki-laki ini main di taman itu, cuacanya agak sedikit mendung dan mau gerimis. Rasanya anak ini males buat pulang karena baru aja keluar dari rumah. So, dia memutuskan buat berteduh di bawah pohon stroberi di taman itu. Karena pohonnya lebat dan banyak buah stroberinya, so air hujannya ga beriak kena badannya anak ini, mungkin cuma kakinya aja yang sedikit basah. Anak ini ngerasa terlindung dari air hujan dan sejak hari itu pohon stroberi di taman itu di jadiin tempat bermainnya..

Siang hari yang terik

Mataharinya cukup nyengat di hari itu, bahkan nyengat banget.. Pulang dari sekolahnya, anak ini rasanya males banget buat pulang karena dia bosen pulang ke rumah yang udah selama 5 tahun ini jadi tujuan akhirnya sehabis dia pulang sekolah. Kembali dia memutuskan buat menghabiskan siang sampai malam harinya di taman yang ada pohon stroberinya itu. Karena emang panas banget, dia mau berniat tidur siang di bawah pohon stroberi itu.. Karena mungkin area bawah pohon yang lebat itu menggoda banget buat ditidurin, maka dia ambil beberapa buah stroberinya dan dia makanin sampai dia ketiduran di bawah pohon.. Pohon itu emang kelihatan adem banget di siang hari yang mataharinya ga bersahabat itu. Jadilah dia tertidur pulas banget sampe dia ga sadar kalo udah malem.. Akhirnya mau ga mau harus pulang juga kerumah, karena dia udah ngehabisin bamyak waktu diluar rumah.

Keesokan harinya dan hari hari berikutnya

Udah jadi kebiasaan anak ini untuk bermain di taman ini sepulang sekolah, sambil makanin buah stroberi yang udah jadi kebiasannya untuk dia makan setiap hari di taman itu. Anak ini juga lumayan ngejaga pohon stroberi itu, ga tiap hari sih dirawatnya cuma yaaa at least ada niat untuk ngejaga buah-buah stroberinya supaya ga dimakan sama kelelawar atau binatang lain. Tiap hari anak ini metik buah stroberinya untuk dia makan. Ga sadar udah banyak buah stroberi yang dia makan. Dan dia ga sadar juga kalo buah stroberinya semakin lama semakin tinggal sedikit.

Beberapa bulan kemudian

Saking dia sering main di taman ini, saking setiap hari dia makan buah stroberi dan nampaknya pohonnya masih terlihat oke-oke aja. Jadi dia ga perlu khawatir akan hal apapun. Tapi pohonnya udah ga di rawat atau dijaga lagi,karena dia mungkin tau pohonnya ga akan tumbang kalo diterpa ujan atau ga akan kekeringan disengat matahari. Ternyata enggak, mungkin anak ini ga sadar apa yang udah dia lakuin terhadap pohon itu. Dia pikir mungkin dia udah cukup ngejaga dan ngerawat pohon itu dengan baik. Tapi nyatanya mungkin semakin hari anak ini semakin sibuk dan lama-kelamaan dia lupa untuk ngejaga pohon itu dengan semestinya. Bahkan semakin hari, dia cuma metikin buahnya aja tanpa pernah lagi ngehabisin waktu di taman itu  atau tidur siang di bawah pohonnya. Setelah itu, dia ga sadar udah banyak daun-daun pohon stroberi yang layu dan berjatuhan. Udah banyak sampah-sampah dan sisa-sisa stroberi di sekitar pohon itu.. Buahnya juga banyak yang busuk karena udah ga pernah lagi disiram setiap hari.

Habis

Buah stroberinya udah tinggal sedikit banget. Yang tersisa cuma buah yang busuk dan kering. Tapi anak ini tetep ngambil buah stroberi tanpa pernah sadar untuk ngerawat pohon yang udah dia rusak itu. Setelah buah yang terakhir dia petik, dia tetap nikmatin rasanya, setiap rasa manis nya, rasa asemnya, dia nikmatin rasa itu, dan mungkin juga dia menikmati saat-saat dia ngerusak pohon itu. Mungkin emang dia ga sadar dia udah ngerusak pohon itu sedemikian rupa, ngambil semua buah stroberi yang dimiliki pohon itu.. Begitu buahnya abis, yang tersisa cuma ranting-ranting dan daun-daun yang berserakan di tanah. Berserakan di taman itu dan ngebuat taman itu jadi ga seindah dan seanggun dulu. 

Esok hari

Esok harinya, setelah anak laki-laki itu puas metikin buah stroberinya. Ga ada alasannya lagi buat dia sekarang untuk main-main di taman, apalagi buat ngerawat pohon stroberi yang bentuknya udah berantakan itu. Setidaknya hanya duduk di pojok taman saja tidak. Dia hanya lewat di taman itu dan membuang botol minuman ringan bekas ia minum ke dekat pohon itu. Pohon yang sudah berantakan itu, terlihat semakin berantakan dan ga karuan. Udah ga ada lagi buah stroberi yang bisa ia nikmatin lagi, udah ga ada area di bawah pohon yang biasanya suka ia tidurin. Semuanya ga berarti apa-apa. Sama sekali.

Bahkan sekarang sepulang sekolah, walaupun dia mgelewatin depan taman itu, udah ga pernah lagi noleh ke taman itu atau inget-inget waktu dulu dia ngehabisin waktu di taman itu. Sekarang dia langsung menuju rumah, tanpa pernah main-main lagi ke taman. Bahkan dia udah lupa semua rasanya stroberi yang selalu dia nikmatin atau tidur di bawah pohon stroberi atau berteduh atau berlindung dari hujan... Setelah taman itu ga seindah dulu, setelah pohon itu ga berbuah lagi setelah daun-daun dan rantingnya berserakan dimana-mana, anak itu bahkan ga pernah inget semuanya pernah terjadi. Cuma kaya sebagian kecil dari waktunya yang udah berlalu kaya angin dan udah ga dia inget lagi, setelah semuanya ga ada yang bersisa untuk bisa dia nikmatin lagi..